Meski berfungsi untuk memberikan asupan nutrisi untuk tubuh, tetapi vitamin dan suplemen ternyata berbeda.
Vitamin sudah pasti suplemen, tetapi tidak semua suplemen adalah vitamin.
Berikut ini pengertian dan apa hal yang membedakan antara vitamin dengan suplemen.
Pengertian
Menurut Para Ahli
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM, 1996)
Suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk melengkapi makanan, mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut, yaitu vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) atau konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan di atas.
Suplemen makanan dapat berupa produk padat meliputi:
- Tablet,
- Tablet hisap,
- Tablet efervesen,
- Tablet kunyah,
- Serbuk,
- Kapsul,
- Kapsul lunak,
- Granula,
- Pastiles, atau
- Produk cair berupa:
- Tetes,
- Sirup, atau
- Larutan.
2. Menurut Karyadi (1997),
Suplemen makanan merupakan makanan yang mengandung zat-zat gizi dan non-gizi, bisa dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, tablet, bubuk, atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima.
3. Menurut Ahmad (1999)
Menambahkan bahwa suplemen makanan adalah segala bentuk makanan berkhasiat atau tidak, biasanya didapati dalam bentuk kapsul, tablet, serbuk, atau sirup yang diambil sebagai makanan tambahan untuk memenuhi kekurangan zat dalam makanan harian.
4. Menurut Gunawan (1999)
Suplemen makanan merupakan segala bentuk makanan yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (1) suplemen makanan natural dan (2) suplemen makanan sintetis.
Suplemen makanan natural adalah hasil ekstraksi langsung dari bahan pangan yang mengandung keunggulan zat gizi atau senyawa tertentu.
Sedangkan suplemen makanan sintetis adalah senyawa kimiawi yang dibuat sama dengan struktur kimiawi bahan alami (Gunawan, 1999).
5. Menurut Mason (1995)
Pendapat lain dikemukakan oleh Mason (1995) yang menyatakan bahwa suplemen makanan adalah produk yang mengandung vitamin atau multivitamin, mineral, multimineral, dan atau bahan lainnya, seperti minyak ikan dan ginseng, yang dipercaya konsumen dapat bermanfaat untuk kesehatannya.
6. Dietary Supplement Health and Education Act of 1994
Definisi-definisi tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Dietary Supplement Health and Education Act of 1994 di Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa:
Suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan dan mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut vitamin, mineral, asam amino, tumbuh-tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan.
Substansi lain seperti enzim, konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan di atas (http://www.cfsan.fda.gov, 2001).
7. Burke, et all dalam Burke & Deakin, 2006
“Dietary supplements”, “nutritional ergogenic aids”, “sports supplements”, “sports foods” dan “therapeutic nutritional supplemenst”- merupakan beberapa istilah untuk menggambarkan cakupan jenis produk yang dihasilkan oleh industri suplemen.
Perbedaan istilah tersebut bukan berarti memiliki definisi yang berbeda (Burke, et all dalam Burke & Deakin, 2006).
8. Menurut Geoffrey P.Webb (2006),
Definisi suplemen makanan secara umum, yaitu:
- Sesuatu yang dikonsumsi secara oral dalam dosis tertentu dalam bentuk pil, kapsul, bubuk, atau
- Sesuatu yang diharapkan dapat ditambahkan ke dalam pola makan yang normal.
- Sesuatu yang telah dinyatakan dapat memengaruhi kesehatan pada label kemasan maupun pada media promosi (brosur atau katalog), dan sesuatu yang termasuk ke dalam tiga kategori:
- Mengandung zat gizi penting, seperti vitamin, makro mineral, mikro mineral, asam lemak esensial dan asam
- Mengadung zat metabolit alami dan atau secara alami terkandung di dalam makanan tetapi tidak termasuk ke dalam zat gizi
- Beberapa tambahan yang berasal dari ekstrak tumbuhan ataupun hewan yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau secara farmakologi dinyatakan dapat memberikan efek bagi kesehatan, seperti bawang putih, ginseng, gingko biloba, dan royal
Pengolongan Suplemen
1. Menurut Mason (1995)
suplemen makanan dibagi menjadi enam kategori, yaitu :
1. Vitamin dan Mineral
Yang terbagi atas :
- multivitamin dan mineral:
- Yang biasanya mengandung hampir 100% dari asupan, yang dianjurkan untuk vitamin dengan variasi jumlah dari mineral dan trace element
- Vitamin tunggal dan mineral, yang biasanya mengandung dosis yang tinggi
- Kombinasi vitamin dan mineral, yang ditujukan untuk kelompok populasi tertentu, seperti:
- Anak-anak,
- Atlet,
- Wanita hamil,
- Orang yang sedang diet,
- Vegetarian,
- Remaja, dan lain-lain
- Kombinasi vitamin, mineral, dan substansi/zat gizi lain, seperti ginseng, evening primerose oil dan minyak ikan.
2. Vitamin dan mineral Unofficial,
Vitamin dan mineral Unofficial, yaitu vitamin dan mineral yang kebutuhan dan akibat dari kekurangannya sampai saat ini belum ditemukan.
Contoh : kolin, silikon, inositol, dan germanium.
3. Minyak Alami
Minyak alami yang mengandung asam lemak yang terbukti bahwa zat tersebut berkhasiat.
Contoh : evening primerose oil dan minyak ikan
4. Bahan-bahan Alami (Bagian 1)
bahan-bahan alami yang mengandung zat-zat dengan aksi farmakologis yang diketahui tetapi komposisi dan efeknya belum secara penuh ditemukan.
Contoh : bawang putih, ginko biloba, dan ginseng
5. Bahan-bahan Alami (Bagian 2)
bahan-bahan alami yang komposisi dan efeknya belum dengan baik ditemukan tetapi dipasarkan karena dipercaya berkhasiat untuk kesehatan. Contoh : chlorella, royal jelly, spirulina.
6. Enzim-Enzim
enzim-enzim dengan efek fisiologis yang diketahui tetapi memiliki manfaat yang diragukan ketika dikonsumsi.
Contoh : superoxide dismutase.
2. Menurut Mason, (1995)
Suplemen makanan tidak boleh diklaim dapat menyembuhkan, mengobati, atau mencegah penyakit (Mason, 1995).
3. Menurut Karyadi (1997)
Suplemen makanan juga dapat digolongkan sebagai bahan nutraceutikal. Suplemen makanan ini khasiatnya tidak perlu dibuktikan melalui uji klinis (Karyadi, 1997).
4. Menurut Worthington (2000)
Suplemen makanan digolongkan menjadi (1) suplemen protein atau asam amino, (2) suplemen vitamin dan mineral, (3) suplemen hormonal atau enzymatic.
5. Menurut Wirakusumah (1995)
Menggolongkan suplemen menjadi (1) suplemen vitamin dan mineral, (2) suplemen asal tumbuhan atau jamu, (3) suplemen khusus yang berasal dari bahan-bahan tertentu, seperti bee pollen, sirip ikan paus, dan cula badak.
6. Menurut Hendler (1984)
Suplemen juga dapat dibedakan berdasarkan kandungannya, yaitu vitamin, mineral, asam amino, asam nukleat, asam lemak, kelompok yang tidak termasuk kedalam semua kelompok tersebut (seperti L-carnitine, serat makanan, garlic, ginseng, bee pollen, bioflavonoid, royal jelly, dll) (Hendler, 1984).
7. Menurut Eldridge dan Sheehan (1994)
Eldridge dan Sheehan (1994) menggolongkan suplemen menjadi (1) multivitamin (multivitamin dan mineral, vitamin B kompleks, multivitamin dan besi, dan vitamin prenatal), (2) vitamin tunggal (vitamin C, kasium, vitamin E, zat besi, vitamin A, vitamin B6, potassium, dan zinc), (3) bentuk lain meliputi asam amino, minyak ikan, lechitin, chlorophyll, bee pollen, yeast, aloe vera, dan garlic.
Orang-orang yang Membutuhkan Suplemen Makanan
1. Menurut Gershoff dan Whitney (1990)
Gershoff dan Whitney (1990) mengemukakan bahwa suplemen makanan hanya dibutuhkan untuk pencegahan defisiensi pada kelompok tertentu yang berisiko, yaitu :
- Orang yang diet rendah kalori
- Perokok berat
- Wanita hamil dan menyusui
- Manusia lanjut usia yang tidak mendapat cukup gizi
- Interaksi obat dan zat gizi
- Vegetarian
2. Menurut Combs. Jr (1992)
Setiap individu dapat memperoleh zat gizi dalam jumlah cukup yang didapatkan dari mengonsumsi makanan yang seimbang setiap hari.
Tetapi ada beberapa kondisi yang mengharuskan individu untuk mengonsumsi suplemen, yaitu :
- Konsumsi asam folat, untuk wanita hamil dan menyusui
- Konsumsi beberapa vitamin untuk orang-orang dengan asupan kalori yang sangat rendah
- Konsumsi vitamin B12 untuk vegetarian
- Konsumsi dosis tunggal vitamin K untuk bayi yang baru lahir agar mencegah perdarahan yang abnormal
- Konsumsi vitamin-vitamin tertentu pada pasien dengan penyakit atau dalam pengobatan (Combs. Jr, 1992)
Orang-orang yang status gizinya dipengaruhi oleh gaya hidup juga membutuhkan suplemen, seperti :
- Perokok berat:
- Tembakau dapat menurunkan absorpsi dari banyak vitamin dan mineral, termasuk vitamin C dan asam folat, sehingga dibutuhkan suplemen
- Alkoholik:
- Konsumsi alkohol jangka panjang dapat menyebabkan berkurangnya indra perasa, berkurangnya nafsu makan, dan malabsorpsi zat gizi yang dpaat menyebabkan defisiensi zat gizi, antara lain tiamin, asam folat, vitamin D, vitamin B12
- Atlet:
- Aktivitas olahraga yang tinggi dapat menghasilkan produk reactive oxygen derivatives yang dapat merusak sel. Oleh karena itu diperlukan konsumsi suplemen vitamin dan mineral
Referensi (Resource):
- Universitas Indonesia:
- File PDF (Aman dari virus Ransoware): http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124476-S-5667-Hubungan%20antara-Literatur.pdf
- File PDF (Aman dari virus Ransoware): http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124287-S-5698-Faktor-faktor%20yang-Literatur.pdf
Vitamin & Mineral
Menurut Para Ahli
1. Sediaoetama (1987)
Vitamin berasal dari kata ‘vita’ yang berarti hidup dan ‘amin’ yang berarti suatu zat tertentu.
Dengan kata lain vitamin adalah suatu zat yang diperlukan untuk hidup (Sediaoetama, 1987).
2. Almatsier (2001)
Pendapat lain menyatakan bahwa vitamin merupakan zat-zat organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan harus didapat dari makanan.
Vitamin dapat termasuk kelompok zat pengatur dan pemelihara kehidupan (Almatsier, 2001).
3. Eschleman (1996)
Eschleman (1996) menyatakan bahwa vitamin adalah substansi organik yang dibutuhkan dlaam jumlah kecil untuk pertumbuhan dan memelihara kehidupan.
Beberapa vitamin mempunyai aktivitas seperti hormon, sedangkan yang lain merupakan komponen enzim
. Banyak enzim yang hanya dapat berfungsi ketika berkombinasi dengan vitamin dan mineral tertentu.
Fungsi Vitamin dalam Tubuh
Di dalam tubuh, berbagai zat makanan (zat pembangun, zat pemberi tenaga, dan zat pengatur) diolah dalam reaksi-reaksi biokimiawi.
Pengolahan ini hanya terjadi jika zat pengatur khusus yang terdapat di dalam sel dan cairan tubuh, yang disebut enzim.
Ternyata enzim ini hanya dapat berfungsi jika terdapat vitamin yang merupakan penggiatnya, dalam bentuk koenzim.
Enzim tidaklah lengkap dan tidak dapat berfungsi bila tidak terdapat vitamin.
Terlihat jelas bahwa vitamin merupakan syarat mutlak untuk enzim agar dapat berfungsi menjalankan pengolahan zat-zat makanan (Sediaoetomo, 1987).
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Almatsier (2001) bahwa vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau bagian dari enzim.
Sumber Vitamin
Bahan makanan sumber vitamin umumnya terdiri atas bahan makanan nabati, yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan.
Sayur-sayuran yang berdaun hijau merupakan sumber vitamin yang baik dan banyak kandungannya.
Selain itu, sumber vitamin juga terdapat pada buah-buahan, terutama buah-buahan yang berwarna kuning, merah, jingga, merupakan bahan makanan yang kaya akan vitamin A dalam bentuk provitaminnya (Sediaoetama, 1987).
Vitamin C juga banyak terdapat pada buah-buahan.
Biji-bijian dan kacang- kacangan memiliki banyak kandungan berbagai vitamin B.
Tauge dikenal banyak mengandung vitamin E.
Hati dan jeroan termasuk bahan makanan yang berasal dari hewan yang kaya akan berbagai vitamin.
Telur, susu, ginjal, jantung, dan limpa mengandung vitamin B (Sediaoetama, 1987).
maaf pak, boleh minta daftar pustaka yang lengkap?
Halo, kak Rara 👋.
Terima kasih sudah mampir ke tempat kami 👍.
Daftar pustaka sudah kami selipkan ke konten artikel satu ini ya atau bisa cek “Referensi” / “Resource” 😁.